31 Mei 2009

PINTA UNTUK SENJA



Jangan gegas dulu berlalu
Sisakan larik pelita layu
Menemani camar pulang
Sampai hilang bayang

Merunduk perlahan saja
Gelap adalah durja
Sampai ku terbiasa



aSRAma ETOS 020609

SENI MEMIMPIN A LA PENDAMPING ETOS

“ Tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya.”

Menjadi pemimpin a la pendamping asrama Etos terasa gampang-gampang susah. Tantangan pertama, faktor usia yang sebaya (tidak jauh berbeda) antara pendamping dan etoser, masih sama-sama mahasiswa. Secara psikologis, remaja & orang dewasa awal sulit untuk “tunduk” pada orang lain yang statusnya sebaya (senioritas masih berlaku).
Tantangan kedua, hubungan antara pendamping dan etoser tidak seperti hubungan direktur dan karyawan, dimana karyawan tunduk patuh pada direktur, dan direktur memberi imbal balik sejumlah uang gaji tiap bulannya, untuk memenuhi kebutuhan karyawan.
Jadi, sulitkah membina etoser? ;-)

“Dan sungguh pada diri Rasul itu telah ada suri tauladan yang baik..”

Rasulullah adalah modul pembelajaran terbaik bagaimana menjadi seorang pemimpin yang bisa membina sahabat-sahabatnya. Beberapa poin kepemimpinan Rasul SAW yang dapat diterapkan dalam pola hubungan pendamping dan etoser antara lain:

1. Menyayangi, bukan menuntut penghormatan
Kaidah umum dalam hubungan kemanusiaan adalah seperti hadis Rasul :” Barang siapa tidak menyayangi maka ia tidak disayangi. Pemimpin harus belajar mencintai komunitas yang dipimpinnya.

Pendamping harus mencintai dan menyayangi etoser. Agar etoser belajar tentang pelajaran paling penting dalam hidup : mencintai. Jika pendamping tulus menyayangi etoser, maka yang didapatkan bukan hanya penghormatan formalitas dari etoser, tetapi juga cinta, dukungan dan loyalitas. Hal tersebut bisa dimulai dengan menerapkan hal-hal sederhana, saling sapa, menanyakan kabar, membuka obrolan, dan menjalankan aktivitas harian bersama.

2. Menjadi contoh bukan hanya memerintah
Proses membina etoser tidak cukup hanya bicara panjang lebar tiap hari dalam forum pembinaan. Secara psikologis-lagi (penulis adalah mahasiswa farmasi ^_^ ), ego orang dewasa cenderung sulit menerima nasihat/pengajaran dari orang yang sebaya. Konsep andragogi (cara belajar orang dewasa) adalah memberi bukti, contoh konkrit, dan mereka dapat berpikir sendiri.

Tantangannya adalah, pendamping juga manusia ( yaa iyyyalah!) bisa jadi ada sisi-sisi diri yang belum ideal untuk jadi contoh bagi orang lain. Dalam hal ini perlu kedewasaan dari etoser untuk menyikapi, juga perlu komitmen pendamping untuk selalu memperbaiki diri. Bukankah membina orang lain pada hakikatnya adalah juga membina diri kita sendiri,,,

3. Memaafkan, bukan menghakimi
Ketika Rasul begitu pilu menghadapi penolakan dan caci maki penduduk Thaif, malaikat mendatangi beliau. “Rasul, jika engkau mau, gunung ini akan kutimpakan kepada penduduk Thaif yang menyakitimu?” Akan tetapi Rasul menolak. “Aku berharap kelak dari anak keturunan mereka akan menjadi pendukung bagi dakwah Islam. Dan kelak, penduduk Thaif benar-benar memeluk Islam serta menjadi penolong dakwah Rasul. Buah dari kesabaran memaafkan dan mendoakan dalam kondisi tersakiti.
Honestly, some times some etosers make u say : Pffhhh Cwape deeh!

4. Mendampingi bukan memojokkan
Tugas pendamping adalah mendampingi proses pembinaan etoser. Yang harus selalu diingat oleh pendamping, etoser adalah orang-orang yang sedang dibina. Maka, menyikapi setiap kekurangan, kesalahan etoser, perlu belajar untuk lapang dada.

Jika etoser merasakan penolakan atau under estimate atas beberapa keterbatasannya, akan menumbuhkan rasa minder dan tidak percaya diri. Jika dipojokkan, atas kesalahannya, ia akan menarik diri, atau bisa jadi menyimpan ‘sakit’ di dalam hatinya. Akumulasi hal-hal tersebut dapat menciptakan jarak antara etoser dan pendamping, hingga pendamping tak dapat mendampingi etoser atau pendamping dikesampingkan oleh etoser (mbulat aja atuh..)

Pada perjalanan pulang dari suatu peperangan, Rasul mengendarai kuda diiringi para sahabat. Lama-kelamaan, beliau menyadari ada bagian rombongan yang tertinggal jauh di belakang. Ternyata seorang sahabat beliau Jabir RA berada jauh sendiri dibelakang, mengendarai kuda kecil yang kepayahan. Rasul mempersilahkan sahabat yang lain mendahului sedang beliau menunggu Jabir dan kudanya. Hingga kemudian Jabir RA menghampiri beliau. Rasul menempuh sisa perjalanan dengan menemani Jabir yang tertinggal, penuh perhatian menanyakan kondisinya, dan bersenda gurau membicarakan keluarga masing-masing.


5. Menyantuni, bukan meminta dilayani
Fragmen lain dari kehidupan Rasul tentang seni kepemimpinan adalah kisah suatu siang dibulan Romadhan, seorang lelaki mendatangi beliau mengadukan permasalahannya. “Ya Rasul, saya telah bersalah, mendatangi isteri saya pada siang hari bulan Romadhan. Apa yang harus saya lakukan untuk menebusnya?” Rasul meminta lelaki tadi untuk berpuasa selama 2 bulan, sebagai tebusan atas perbuatannya. “Tapi saya sudah tua ya Rasul, tidak sanggup berpuasa selama itu.”Rasul memberi solusi lain, “ Sedekahkanlah kurma milikmu sejumlah sekian selama dua bulan.” Lelaki itu masih juga mengeluh, “Ya Rasul, bagaimana saya akan bersedekah, sedang untuk kebutuhan keluarga sendiripun saya tidak bisa memenuhi.” Maka, akhirnya Rasul lah yang memberi beliau kurma, dan bersabda “Sedekahkanlah ini untuk keluargamu.” Lelaki itu pulang dengan bahagia, setelah menemui Rasulullah, masalah beliau terselesaikan, dan kesulitan beliau teratasi.

Pendamping memang bukan Superman, tetapi hendaknya sebagai pemimpin memiliki komitmen untuk bisa mengarahkan, menolong dan menjadi solusi atas masalah etoser.
Gambaran yang indah melihat bagaimana umat yang dipimpin Rasul mendatangi beliau ketika menemukan masalah. Untuk bisa menceritakan kesalahan yang kita perbuat tentu bukan hal mudah, dan hanya orang-orang terpilih saja tempat kita melakukan pengakuan dosa. Tidak hanya membuka “aib” dirinya, lelaki tadi juga dengan leluasa dapat berkeluh kesah tentang kesulitan menafkahi keluarga pada pemimpinnya.

Tentu kebersamaan dan kepercayaan seperti ini tidak serta merta terjadi. Perlu waktu untuk membangun kedekatan dan keakraban itu. Cepat lambatnya jalinan kedekatan antara etoser dan pendamping juga ditentukan oleh seberapa besar usaha untuk membuka diri menerima kehadiran orang lain, seberapa peka untuk membaca situasi dan mencari solusi. Hingga, ketika etoser memiliki masalah, atau etoser butuh pertolongan, ia tahu harus bicara pada siapa. To be closer, to be personal,,,


Jadi, sulitkah membina etoser?
Sungguh, hanya hati yang bisa Menyentuh hati.
Wallahu alam bishowab


Asrama ETOS Unair 31 Mei 09
Ditulis dengan penuh cinta
untuk keluarga besar ETOS Surabaya

20 Mei 2009

DOA IBU UNTUKKU

Saat ku keluhkan keletihanku

Megurus rumah dan memasak tiap hari

Ibu menghiburku

Engkau kelak penghuni surga”


Saat lagi lagi harus mengalah

Pada saudara yang keras kepala (maklum sebaya)

Ibu meyakinkanku

Engkau kelak penghuni surga”


Saat aku protes

Aku lagi, aku lagi

Tak adakah yang mau berbagi

Ibu menenangkanku

Engkau kelak penghuni surga”


Ibu

Tak ada rayuan sedahsyat do’amu

Menentramkanku

Meredam marah


Aku merinduimu

Seperti merindu surga

...................



Asrama ETOS 160309
Happy b’Day Ummi,,

18 Mei 2009

ARMAN

Aku masih selalu suka
Arman Maulana
Gayanya energik
Seperti tak pernah lelah
Melompat dan berpindah

Ekspresinya asik
Berbagi warna hati pada mimik

Jangan tanya lagu GIGI
Aku lebih suka dengar nasyid
Tapi gaya Arman
Tetap dua jempol
Bolehkah suka Arman Maulana ??

18MEI 09

16 Mei 2009

Whatz Up,,

Aku sedang mengukir sejarah
Engkau sedang apa ???